Senin, 16 Maret 2009

SEKOLAH LUARBIASA PUN BISA MENERIMA SISWA NORMAL

Jika kita bicara tentang sekolah luarbiasa (SLB) yang terlintas dalam pikiran kita adalah para siswanya yang mempunyai kelainan pisik dan mental, sebab memang Sekolah luarbiasa diperuntukan bagi anak-anak penyandang cacat atau dalam istilah sekarang popular dengan sebutan anak-anak berkebutuhan khusus, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan autisme. Pernahkah anda

membayangkan bahwa siswa normal pun bisa bersekolah di Sekolah Luarbiasa dan belajar bersama teman-temannya yang berkebutuhan khusus?

Sekolah Luarbiasa Negeri Bagian A Pembina tingkat Jawa Barat Citereup Cimahi, sejak tahun 1990 tak hanya menerima siswa tunanetra saja, tapi juga siswa awas (berpengelihatan). Setiap tahun sekolah yang beralamat di Jalan Sukarasa Mo 40 Citeureup Cimahi ini menerima 15 sampai 24 orang siswa.

Menurut Dadang Sodikin, guru senior yang juga merupakan salah seorang pendiri Sekolah Luarbiasa tersebut mengatakan bahwa awalnya SLBN/A Citeureup menerima siswa awas adalah karena SLB itu kekurangan murid. Padahal SLB tersebut cukup luas. Menurut Dadang, tidak mudah menjaring siswa normal ke SLB, karena masyarakat, dalam hal ini orangtua beranggapan bahwa SLB adalah sekolah untuk anak-anak penyandang cacat. Tapi dengan usaha keras akhirnya satu demi satu ada anak awas yang bersekolah di Sekolah Luarbiasa itu. Tentu saja para siswa awas ini tidak terdaftar sebagai siswa SLB, tetapi mereka terdaftar sebagai siswa SMP Purna EPPK dengan status terdaftar. Setiap bulan mereka dipungut bayaran sebesar rp90.00. “Kebanyakan dari siswa awas itu berasal dari keluarga tidak mampu. Banyak di antara mereka yang tidak bayaran.” Kata Dadang.

Menurut Dadang saat ini baru SLBN/A Citeureup saja yang telah terbuka untuk siswa normal. Inilah salah satu hal yang membuat SLBN/A Citeureup dijadikan resource Center (pusat sumber Pendidikan Tunanetra di Jawa Barat). Dadang yakin akan semakin banyak anak awas yang bersekolah di SLBN/A Citereup. Sebagai resource center, SLBN/A Citereup memiliki fasilitas yang lengkap, mulai darifasilitas computer, peralatan olahraga, tataboga, otomotif, pijat, dan musik. Di samping itu SLB tersebut belum dimasuki pengaruh buruk dari luar, seperti Narkoba dan tawuran. Dadang percaya dengan dua hal itu akan semakin banyak orangtua yang tertarik untuk memasukan anak-anaknya ke SLB Citereup.

Di kelas siswa tunanetra dan siswa awas belajar bersama-sama. Siswa awas membantu teman-temannya yang tunanetra membacakan tulisan di papan tulis dan buku-buku pelajaran.

Para guru juga tidak kesulitan mengajar mereka. Ridwan misalnya, Guru Bahasa Inggris ini mengajar dengan sangat baik. Ridwan yang baru 12 tahun menjadi tunanetra ini masih bisa menulis di papan tulis, sehingga dia tidak terlalu sulit menyampaikan materi yang akan diajarkan pada para siswanya. Sebelum menjadi tunanetra Ridwan mengajar Di SMPN 08 Leuwigajah Cimahi.

Banyak manfaat yang bisa diambil dengan adanya siswa normal yang bersekolah di SLB, antara lain mereka bisa belajar menghargai perbedaan, memupuk rasa tenggang rasa, dan membiasakan tolong-menolong. Bagi siswa berkebutuhan khusus dengan adanya siswa normal yang bersekolah di SLB mereka jadi punya pengalaman berinteraksi dengan teman-temannya yang normal. Kelak jika mereka sudah berintegrasi ke sekolah umum mereka sudah tidak canggung lagi bergaul dengan teman-temannya yang berbeda itu.

oleh : zulkifli

kartunet.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar