Pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang pesat. Fenomena itu tampak tidak hanya dari banyaknya lembaga PAUD yang berdiri, tapi juga model PAUD-nya. Bahkan, pemerintah belakangan mengembangkan model PAUD Berbasis Keluarga. Model ini ke depan tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengemukakan, hal ini sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya PAUD bagi anak mereka. Sejalan dengan hal itu, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini kini membuat modul-modul pembelajaran PAUD khusus bagi orangtua dan pendidik. Modul-modul ini terus dikembangkan tiap tahunnya seiring dengan perkembangan PAUD, khususnya secara keilmuannya.
Menurut Dia, modul pembelajaran PAUD Berbasis Keluarga ini nantinya sebagai pegangan orangtua dan kalangan pendidik mengenai pembelajaran PAUD yang benar. Sebab, akhir-akhir ini kesadaran orangtua untuk memasukan anaknya di lembaga PAUD mulai berangsur meningkat.
“PAUD informal ini dinilai sangat penting dikembangkan selain akan membantu orangtua dalam mendidik anak-anaknya sebelum anak usia sekolah atau minimal masuk taman kanak-kanak. Namun yang jelas kita tidak melakukan intervensi model kepada orangtua dan pendidik, tapi memberi stimulan kepada mereka bagaimana mendidik anak yang benar,” paparnya.
Modul pembelajaran yang dimaksud tidak melulu seperti modul yang kita kenal selama ini. Namun lebih kepada ’modul dalam bentuk sebagai panduan, seperti kaset, VCD yang lebih menekankan pada panduan. Jadi, tidak rumit sehingga orangtua dimana pun dia berada dapat menerapkan model yang dikembangkan di beberapa lembaga PAUD.
Modul ini nantinya akan diberikan kepada orangtua dan kalangan pendidik, khususnya yang berada di pedesaan yang selama ini mereka kurang memahami apa itu PAUD dan bagaimana mengatasi anak-anak mereka dalam keluarga. Dalam modul ini diberi pengantar dan contoh bagaimana misalnya mengatasi anak mereka yang autis, ujar Gutama.
Modul-modul pembelajaran PAUD ini terus dikembangkan dengan melibatkan para pakar, praktisi pendidikan, khususnya bidang PAUD. Modul yang mereka buat kemudian diujicobakan ke sejumlah daerah di Indonesia. Tidak hanya kepada orangtua, tapi juga pengelola PAUD.
Harus diakui hingga saat ini masih banyak diantara para orangtua, belum menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Padahal, sebenarnya dalam ajaran agama misalnya Islam, telah lama mengajarkan. Jauh sebelum UNESCO sebagai organisasi pendidikan. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan dunia mencanangkan life long education — pendidikan seorang anak manusia itu berlangsung selama hidup atau sepanjang hayat.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Uthlubul ilmi minal mahdi ilal Iahdi” (HR. Ahmad). Artinya, tuntutlah ilmu dari buaian (orangtua, ibu) sampai liang lahat. Itu berarti, pendidikan bagi seorang manusia itu penting dimulai masa bayi hingga manusia itu mati. Tetapi kebanyakan orangtua menyadari pentingnya pendidikan itu ketika anak mulai masuk usia Sekolah Dasar.
Seiring dengan tingkat kemajuan pendidikan orangtua, kini mulai banyak perhatian betapa penting Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hal itu terbukti kian marak bermunculan Kelompok Bermain atau KB (Play Group) maupun Taman Kanak-Kanak (TK). Tidak hanya di kota-kota besar, tetapi kini telah merambah sampai ke kota-kota kecil bahkan pelosok desa.
Pengembangan Modul
Namun yang kerap menjadi persoalan adalah praksis kegiatan dalam PAUD. Kerapkali di desain laiknya pendidikan bagi orang dewasa sehingga nilai-nilai pendidikan yang dikembangkan tidak bertitik tolak dari sifat, karakter dan kepribadian anak, tapi pendidikan dilaksanakan seperti orang dewasa.
Dalam jangka panjang, model praksis pendidikan yang demikian tidak akan dapat mengembangkan potensi anak secara proporsional, tapi justru tidak menguntungkan bagi perkembangan anak secara optimal.
Karena itu, katanya, dengan modul yang dikembangkan Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal bekerjasama dengan para pakar dibidang perkembangan anak, diharapkan modul ini dapat memperkaya orangtua yang memiliki anak usia PAUD dan kalangan pendidik PAUD mengenai tumbuh kembang anak.
Gutama mengemukakan, PAUD merupakan investasi karena terbukti mampu meningkatkan partisipasi anak dalam pendidikan formal dan menurunkan angka mengulang serta putus sekolah. Hal itu sangat dimungkinkan karena dengan PAUD yang terarah kualitas otak anak secara signifikan dapat ditingkatkan.
Dia menegaskan, pendidikan itu sebenarnya bermula dari keluarga. Karena itu, perlunya memberi panduan yang benar bagi keluarga dalam mendidik anak, khususnya dalam merangsang otak agar berkembang secara optimal sebagaimana anjuran para pakar.
“Kita ingin dua belahan otak, kiri dan kanan tumbuh dan berkembang optimal dan sejalan. Itulah perlunya otak diberi gerak kinestetik agar kecerdasan yang sempurna, antara kecerdasan otak kiri dan kanan. Seiring dengan pengetahuan yang dimiliki keluarga dan guru, mereka mampu memberi bentuk permainan yang merangsang otak secara optimal,” katanya.
Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal mengemukakan, dunia anak hakekatnya adalah dunia bermain. Untuk itu pendidikan bagi anak, terlebih bagi anak usia dini haruslah berpedoman pada prinsip-prinsip pendidikan anak sebagaimana saran Maria Montessori seperti: kegembiraan, keasyikan dan bersifat spontan.
Kalau pendidikan orang dewasa mengenal “learning by doing”, belajar sambil bekerja, maka dalam pendidikan anak sudah sewajarnya menggunakan prinsip “learning by playing”, belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar. wp
Penulis: wartaplus
sumber: www.pnfi.depdiknas.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar