Rabu, 27 Mei 2009

Gutama: PAUD Berbasis Keluarga Jadi Kebutuhan Wajib Masyarakat

"" PENDIDIKAN anak usia dini (PAUD) dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang pesat. Fenomena itu ... ""

Pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang pesat. Fenomena itu tampak tidak hanya dari banyaknya lembaga PAUD yang berdiri, tapi juga model PAUD-nya. Bahkan, pemerintah belakangan mengembangkan model PAUD Berbasis Keluarga. Model ini ke depan tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Jan2008-16.jpgDirektur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengemukakan, hal ini sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya PAUD bagi anak me­reka. Sejalan dengan hal itu, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini kini membuat modul-modul pembelajaran PAUD khusus bagi orangtua dan pendidik. Modul-modul ini terus di­kembangkan tiap tahunnya se­iring dengan perkembangan PAUD, khu­susnya secara keilmuannya.

Menurut Dia, modul pembelajar­an PAUD Berbasis Keluarga ini nan­tinya sebagai pegangan orangtua dan kalangan pendidik mengenai pembelajaran PAUD yang benar. Sebab, akhir-akhir ini kesadaran orang­tua untuk memasukan anak­nya di lembaga PAUD mulai berangsur meningkat.

“PAUD informal ini dinilai sa­ngat penting dikembangkan selain akan membantu orangtua dalam mendi­dik anak-anaknya sebelum anak usia sekolah atau minimal masuk taman kanak-kanak. Namun yang jelas kita tidak melakukan intervensi model kepada orangtua dan pendidik, tapi memberi stimulan kepada mereka bagaimana mendidik anak yang benar,” paparnya.

Modul pembelajaran yang dimaksud tidak melulu seperti modul yang kita kenal selama ini. Namun lebih kepada ’modul dalam bentuk sebagai panduan, seperti kaset, VCD yang lebih menekankan pada panduan. Jadi, tidak rumit sehingga orang­tua dimana pun dia berada dapat menerapkan model yang dikem­bangkan di beberapa lembaga PAUD.

Modul ini nantinya akan diberikan kepada orangtua dan kalangan pendidik, khususnya yang berada di pedesaan yang selama ini mereka kurang memahami apa itu PAUD dan bagaimana mengatasi anak-anak mereka dalam keluarga. Dalam modul ini diberi pengantar dan contoh bagaimana misalnya mengatasi anak mereka yang autis, ujar Gutama.

Modul-modul pembelajaran PAUD ini terus dikembangkan de­ngan melibatkan para pakar, prakti­si pendidikan, khususnya bidang PAUD. Modul yang mereka buat kemudian diujicobakan ke sejumlah daerah di Indonesia. Tidak hanya kepada orangtua, tapi juga pengelola PAUD.

Harus diakui hingga saat ini masih banyak diantara para orangtua, belum menyadari betapa pen­tingnya pendidikan bagi anak usia dini. Padahal, sebenarnya dalam ajaran agama misalnya Islam, telah la­ma mengajarkan. Jauh sebelum UNESCO sebagai organisasi pendi­di­kan. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan dunia mencanangkan life long education — pendidikan seorang anak manusia itu berlangsung selama hidup atau sepanjang hayat.

Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Uthlubul ilmi minal mahdi ilal Iahdi” (HR. Ahmad). Arti­nya, tuntutlah ilmu dari buaian (orangtua, ibu) sampai liang lahat. Itu berarti, pendidikan bagi seorang manusia itu penting dimulai masa bayi hingga manusia itu mati. Tetapi kebanyakan orangtua menyadari pentingnya pendidikan itu ketika anak mulai masuk usia Sekolah Dasar.

Seiring dengan tingkat kemajuan pendidikan orangtua, kini mulai banyak perhatian betapa penting Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hal itu terbukti kian marak bermunculan Kelompok Bermain atau KB (Play Group) maupun Taman Kanak-Kanak (TK). Tidak hanya di kota-kota besar, tetapi kini telah merambah sampai ke kota-kota kecil bahkan pelosok desa.

Pengembangan Modul

Namun yang kerap menjadi persoalan adalah praksis kegiatan da­lam PAUD. Kerapkali di desain laik­nya pendidikan bagi orang dewasa sehingga nilai-nilai pendidikan yang dikembangkan tidak bertitik tolak dari sifat, karakter dan kepriba­dian anak, tapi pendidikan dilaksanakan seperti orang dewasa.

Dalam jangka panjang, model praksis pendidikan yang demikian tidak akan dapat mengembangkan potensi anak secara proporsional, tapi justru ti­dak menguntungkan bagi perkem­bangan anak secara optimal.

Karena itu, katanya, dengan mo­dul yang dikembangkan Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal bekerjasama dengan para pakar dibidang perkembangan anak, diha­rapkan modul ini dapat memper­kaya orangtua yang memiliki anak usia PAUD dan kalangan pendidik PAUD mengenai tumbuh kembang anak.

Gutama mengemukakan, PAUD merupakan investasi karena terbukti mampu meningkatkan partisipasi anak dalam pendidikan formal dan menurunkan angka mengulang serta putus sekolah. Hal itu sangat dimungkinkan karena dengan PAUD yang terarah kualitas otak anak secara signifikan dapat ditingkatkan.

Dia menegaskan, pendidikan itu sebenarnya bermula dari keluarga. Karena itu, perlunya memberi panduan yang benar bagi keluarga dalam mendidik anak, khususnya dalam merangsang otak agar berkembang secara optimal sebagaimana anjuran para pakar.

“Kita ingin dua belahan otak, kiri dan kanan tumbuh dan berkem­bang optimal dan sejalan. Itulah perlunya otak diberi gerak kinestetik agar kecerdasan yang sempurna, antara kecerdasan otak kiri dan kanan. Seiring dengan pengetahuan yang dimiliki keluarga dan guru, mereka mampu memberi bentuk permainan yang merangsang otak secara optimal,” katanya.

Dirjen Pendidikan Nonformal dan Informal mengemukakan, du­nia anak hakekatnya adalah dunia bermain. Untuk itu pendidikan bagi anak, terlebih bagi anak usia dini haruslah berpedoman pada prinsip-prinsip pendidikan anak sebagai­mana saran Maria Montessori seper­ti: kegembiraan, keasyikan dan bersifat spontan.

Kalau pendidikan o­rang dewasa mengenal “learning by doing”, belajar sambil bekerja, maka dalam pendi­dikan anak sudah sewajarnya menggunakan prinsip “lear­ning by playing”, belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar. wp


Penulis: wartaplus

sumber: www.pnfi.depdiknas.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar