Rabu, 06 Mei 2009

Pengawasan UN SMP Tidak Lebih Ketat

BANDUNG, KOMPAS.com — Pengawasan ujian nasional tingkat SMP sederajat tidak lebih ketat daripada jenjang SMA. Pelaksanaan distribusi soal dari tempat percetakan, keterlibatan tim independen, pengawalan polisi, hingga pemindaian lembar jawaban komputer, justru lebih baik pada tingkat SMA.
Ujian nasional tingkat SMP dan sederajat berlangsung Senin (27/4) hingga Kamis (30/4) mendatang. Menurut Ketua Tim Pemantau Independen Ujian Nasional Jawa Barat Yayat Achdiat, pada UN SMP ini, perguruan tinggi tidak lagi terlibat penuh dalam proses pengawasan. Komposisi keanggotaan tim independen, misalnya, tidak lagi mutlak berasal dari unsur kampus.
"Keanggotaan tim independen dalam ujian kali ini ikut dibantu pegawai dari unsur lembaga pendidik dan mutu kependidikan serta mahasiswa. Di beberapa daerah ada juga yang melibatkan unsur Dewan Pendidikan. Misalnya, di Tasikmalaya. Asalkan itu bukan guru, kami izinkan," ucapnya. Di UN tingkat SMP ini, lanjutnya, keberadaan PT sifatnya hanya memantau, bukan pengawas. Sebab, di tingkat SMA, bagaimanapun, perguruan tinggi itu punya kepentingan terhadap mutu para lulusannya.Untuk UN SMP, pemindaian lembar jawaban pun hanya dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jabar. Bukan oleh perguruan tinggi, dalam hal ini Universitas Pendidikan Indonesia, seperti halnya dilakukan di tingkat SMA.
Dalam pemantauan kemarin di sejumlah sekolah juga tidak terlihat pengawalan yang berlebih oleh aparat kepolisian. Pada tingkat SMA, hampir tiap sekolah dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Bahkan, kepolisian juga menurunkan intelijen. Yayat menuturkan, percetakan yang jauh, yaitu di Semarang, Jawa Tengah, mempertinggi risiko kebocoran soal. Apalagi, pengiriman soal dari percetakan ke rayon dan subrayon sempat terlambat.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Provinsi Jabar Asep Hilman menuturkan, pada UN SMP ini, aparat kepolisian telah diminta mengawasi penuh berkas soal yang disimpan di rayon (kabupaten/kota). "Ini dilakukan untuk mencegah kebocoran soal di tingkat hulu. Polisi yang memegang kunci tempat penyimpanan di semua rayon," ucapnya.
Ujian kejujuran
Asep berharap, pelaksanaan UN tingkat SMP sederajat ini tidak diwarnai kabar negatif tentang kecurangan atau kebocoran soal. "UN ini sebetulnya juga ujian kejujuran bagi semua pihak, siswa, guru dan kepala sekolah. Jangan ada itu kepala daerah sampai menargetkan kelulusan. Untuk itu, Disdik Jabar pun tidak mau menargetkan kelulusan UN SMP. Yang penting berjalan alamiah," ujarnya.
Sementara itu, terkait soal materi UN SMP, Noris (15), siswa SMPN 22 Kota Bandung, menganggap tingkat kesulitan UN relatif lebih tinggi daripada try out ataupun pra-UN. Dalam ujian Bahasa Indonesia ini, ia mengakui hanya bisa menguasai 75 persen soal. "Awalnya sempet deg-deg-an, ada soal yang tidak pas jawabannya," ucapnya.
Matematika, katanya, adalah mata pelajaran yang paling dikhawatirkannya. Mata pelajaran ini rencananya diujikan pada Rabu (29/4). Meskipun mulai tahun ini muncul larangan SD-SMP memungut dana dari siswa, Noris mengatakan, itu tidak menghalangi adanya kegiatan pemantapan UN yang dilakukan sekolahnya."Biaya seikhlasnya, orang tua saya memberi karena kasihan ke sekolah udah bersedia mengadakan pemantapan," ucap siswa ini.


JON


Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar