Sabtu, 23 Mei 2009

Kian Berat Tantangan Pendidikan Non Formal

" Pendidikan Nonformal mempunyai tantangan yang makin berat. Namun posisinya sangat strategis dalam membantu menyelesaikan masalah masyarakat ... ""Pendidikan Nonformal mempunyai tantangan yang makin berat. Namun posisinya sangat strategis dalam membantu menyelesaikan masalah masyarakat menuntut ivovasi untuk terus mengembangkannya. Dinamika kehidupan dan kebutuhan masyarakat terus berkembang. Teknologi, informasi dan komunikasi sebagai faktor yang mempercepat akselerasi pembangunan tidak dapat di bendung. Mobilitas barang dan orang makin cepat, orientasi kehidupan masyarakat memasuki fase knowlegde based economic yang sangat mendasarkan pada kompentensi dan inovasi atas produk barang dan jasa. Untuk itu suka atau tidak layanan Pendidikan Nonformal harus mengikuti dinamika tersebut, yang ditunjang nilai profesionalisme. Perubahan nomentkalur pendidikan luar sekolah menjadi pendidikan nonformal seperti amanah UU sistem Pendidikan Nasional No.20/03, merupakan langkah awal untuk meletakan pendidikan nonformal menjadi bagian penting dalam pemberdayaan masyarakat. PNF lebih mempunyai makna sebagai salah satu jalur pendidikan yang dapat dipilih oleh masyarakat, selain jalur pendidikan formal. PLS tentu mempunyai makna yang lebih sempit, dan mempunyai citra berbeda dengan pendidikan sekolah. Padahal layanan pendidikan yang diberikan jauh lebih memberikan keterampilan, kecakapan dan multi makna yang mampu meningkatkan kesejahteraan hidup peserta didiknya. PNF dengan sifat pembelajaran yang luwes, fleksibel, berorientasi pada kebutuhan pasar/masyarakat dan bertumpu pada kecakapan hidup mempunyai kemampuan untuk menembus seluruh lapisan masyarakat. Ini sesuai dengan motto PNF, “menjangkau yang belum terlayani”. Di era baru, semangat baru dengan nama Pendidikan Nonformal (PNF), harus dibangun sistem nilai yang mengacu pada paradigma pembangunan PNF sekarang dan mendatang. Nilai-nilai merupakan konstruksi idiologi yang menjadi acuan pembenaran atas sikap dan perilaku dalam menjalank an fungsi pelayanan pendidikan. Sebagai konstruksi idologi, nilai-nilai yang dibangun dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan nonformal untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan kompentensi ungul dibangun oleh seluruh sinergi positif setiap elemen pendidikan nonformal. Baik oleh pemerintah, masyarakat, dianamika pertumbuhan sosial, ekonomi, politik, teknologi dan informasi yang melingkupi pelaksanaan pembangunan pendidikan nonformal. Dalam konteks pendidikan nonformal, nilai-nilai seperti pemihakan pada yang lemah atau yang miskin (propoor), terbelakang dan terpencil, prinsip pemberdayaan masyarakat, prinsip partisipasi dari masyarakat (bottom-up participation), profesionalisme, dan prinsip pembelajar sepanjang hayat, serta berorientasi pada kebutuhan pasar/masyarakat adalah sebagaian dari nilai penting yang harus dipahami oleh para pelaku/pengelola. Komitmen atas nilaianilai tersebut dapat diuji dengan cara pandang, cara berpikir, dan perilaku yang pada tataran pengambil keputusan dapat dilihat pada konsistensi kebijakan dan dasar penentuan kebijakan. Pada tataran pelaksanaan dapat dilihat pada kesunguhan dan konsistensi sikap dan gerak langkahnya dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan. Nilai yang menganut pemihakan pada yang lemah atau miskin (pro-poo) harus diterjemahkan antara lain melalui unsurunsur alokasi anggaran sasaran peserta didik, dan sasaran wilayah. Nilai yang menganut prinsip pemberdayaan masyarakat diterjemahkan melalui intensitas dan kualitas penyelenggaraan pelayanan pendidikan nonformal oleh masyarakat. Nilai yang menganut prinsip partisipasi diterjemahkan melalui kontribusi atau peran serta masyarakat dalam pemikiran dan aksi untuk penyusunan dan pelaksanaan program-program pendidikan nonformal. Nilai yang menganut profesionalisme harus diterjemahkan melalui sikap-sikap dan perilaku, antara lain menjunjung tinggi kejujuran, kedisiplinan, konsistensi, tanggung jawab, daya juang, produktifitas, dan kompetensi. Sedangkan nilai yang menganut prinsippembelajar sepanjang hayat dimanifestasikan dengan keinginannya yang kuat untuk ter us belajar guna meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya atau melakukan perubahan. Dalam menanggapi dinamika perubahan para pelaku/pengelola pendidikan nonformal juga harus mampu mengelola cara pandang untuk selalu dinamis sehingga mampu mengambil sikap positif dalam menghadapi perubahan. Paradigma yang telah usang, akan menjerat para pelaku/pengelola pada sikap dan perilaku konservatif dan cenderung statis. Dalam fungsinya sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal misalnya, para pelaku/pengelola pendidikan nonformal harus mampu mengkonstruksikan paradigma bahwa pendidikan nonformal bukanlah pendidikan kelas dua. Pasalnya, dengan fleksibilitasnya, pendidikan nonformal bahkan dapat menjadi pendidikan alternatif yang menawarkan solusi inovatif untuk kemajuan dunia pendidikan. Sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat terutama mengatasi pengangguran dan menentaskan kemiskinan, maka pendidikan nonformal banyak mengembangkan pendidikan kecakapan hidup yag berbasis keunggulan desa, kota dan luar negeri. Kecakapan hidup merupakan konsepsi yang bermaksud memberi kepada seseorang bekal pengetahuan, keterampilan dan kecakapan fungsional berupa kecakapan pribadi, sosial, akademik dan vokasional secara praktis, ditambah dengan peningkatan kemampuan kewira usahaan serta nilai professional. Pada akhirnya seseorang mampu bekerja dan/atau berusaha mandiri dengan memanfaatkan potensi dan peluang lingkungannya untuk meningkatkan mutu kehidupannya. Pendidikan kecakapan hidup mempunyai spektrum luas baik subjek maupun objeknya. Untuk itu pembatasan kelompok sasaran peserta program untuk masyarakat miskin, buta aksara, tidak sekolah, putus sekolah dan antarjenjang pendidikan dan masyarakat marginal lain dilakukan untuk memfokuskan hasil dari peserta program yaitu, (1) memberikan keterampilan bekerja; (2) mendorong peserta berusaha mandiri. Tujuan akhir dari pendidikan kecakapan hidup tersebut adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraaan dan produktifitas hidup masyarakat marginal, dan ini sebagai kontribusi Pendidikan Nonformal dalam menyelesaikan masalah masyarakat. Luasnya cakupan layanan pendidikan nonformal tidak sebatas penduduk dewasa, penduduk usia dini, umur 2-4 tahun yang masuk dalam case golden ace, melejitkan kecerdasan anak usia dini untuk tumbuh kembang dan kesiapan belajar kejenjang pendidikan lebih lanjut. Pengembangan model pembelajaran PAUD yang kreatif, menyenangkan dan mencerdaskan sesuai dengan perkembangan kemampuan monotorik halus dan kasarnya ditunjang oleh perawatan kesehatan anak secara cerdas dan sehat. Paradigma baru pembangunan pendidikan nonformal di era global, harus ditangkap oleh perencana dan pengambil kebijakan serta seluruh satuan pendidikan nonformal dengan mengembangkan program literasi komputer untuk mendukung program literasi. Dalam peran teks inilah, pengembangan program literasi komputer Internasional Computer Driving Licencce (ICDL) dengan pilihan strategis. Dewasa ini komputer sudah umum dimanfaatkan mulai dari pekerjaan yang sederhana seperti pengetikan hingga yang cukup rumit seperti pengelolaan database desain dan rancang bangun, atu aplikasi multimedia di internet. Selama ini kemudahan membuat table-tabel dan kalkulasi dengan aplikasi spreadsbeet seperti Exel dari Microsoft, termasuk juga dapat menyimpan, mengolah, dan memelihara data atau arsip (filing) yang lebih mudah dan efisien dengan aplikasi database seperti Microsof Excel dan MS Access. Kemudian dapat menyusun dan manayangkan presentasi secara mudah, cepat, dan indah, dengan aplikasi seperti MS Power Point, dan mampu mengikuti berita (lokal, nasional, internasional) secara realtime, mencari dan mendapatkan informasi dengan mudah, melakukan komunikasi secara cepat dan murah melalui internet. Komputer sudah tampil sebagai penyokong utama terjadinya transformasi budaya. Di mana penggunaannya sudah menjadi semacam “way of life” baik di lingkungan kerja maupun aktivitas masyarakat lain. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, computer literacy menjadi salah satu isu di kalangan pendidikan dan harus menggunakan secara untuk mendekatkan, mensepahamkan, dan merelevankan dunia pendidikan dengan dunia nyata masyarakat, termasuk dunia industri atau dunia kerja. Lulusan sekolah atau pendidikan nonformal yang menyadang kualifikasi computer literate akan lebih mampu dan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Ia juga berpotensi cepat mampu mengembangkan kapasitas dirinya. Apalagi kalau karena sumber informasi, pengetahuan, dan keterampilan (skills) sudah banyak dapat diperoleh melalui media komputer atau cara-cara yang computerized. Merancang pendidikan nonformal ke depan, Direktorat Pendidikan Nonformal (Ditjen PLS) mengembangakan computer literacy sebagai salah satu indikator mutu/relevansi dalam pendidikan kecakapan hidup bidang aplikasi teknologi, yang dalam hal ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (komputer). Komputer merupakan produk teknologi yang sudah lazim dimanfaatkan oleh banyak kalangan untuk mempermudah, meningkatkan produktifitas atau pekerjaan, sehingga kemampuan memahami dan menguasai penggunaan komputer, akan makin meningkatkan kapasitas peserta didik serta memperluas peluang mereka untuk mengakses kesempatan modern.


Penulis: wartaplus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar