Rabu, 27 Mei 2009

Pendidikan Informal: Mengisi liburan secara positif bersama keluarga

Memaksimalkan waktu bersama keluarga pada masa liburan merupakan hal yang mengasyikkan. Liburan panjang Natal dan Tahun Baru 2009 dapat diisi dengan banyak hal positif di dalam dan di luar rumah.

Orangtua yang tidak membawa anaknya bepergian jalan-jalan ke luar rumah tidak perlu berkecil hati. Liburan di rumah dapat dipakai untuk menebus waktu berharga yang tidak bisa dilewatkan dengan buah hati, karena padatnya ritme bekerja.

Waktu berbagi antara orang tua dan anak ada baiknya diisi untuk membangkitkan kemampuan anak di luar yang diajarkan sekolah. Menurut psikolog A. Kasandra Putranto, liburan adalah kesempatan memberikan tambahan ilmu bagi anak dalam meningkatkan kemampuan akademis.

"Masa tersebut bisa digunakan untuk mengejar ketertinggalan anak belajar di sekolah. Kesempatan bagus bisa nge-drill lagi kemampuan akademis lewat momentum liburan," ujarnya.

Pendidikan formal yang diajarkan pihak sekolah sebaiknya diimbangi dengan pendidikan informal yang dapat diajarkan orang dewasa di rumah. Pendidikan formal dan informal harus dibiasakan berjalan bersama.

Pendidikan informal sendiri dapat diartikan sebagai jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Sementara itu, menjadi pekerjaan rumah bagi orangtua untuk dapat membangun karakter anak melalui pendidikan informal. Ada beragam cara yang dapat dipilih orangtua, tinggal bagaimana kreativitas digali dan dikembangkan.

"Contohnya, kaitkan saja dengan masalah terbaru. Pola didik ayah dan ibu di setiap zaman berbeda, kalau dulu kan lebih sedikit materinya," tutur Kasandra.

Orangtua masa kini dapat dianggap beruntung dihadapkan pada permasalahan sosial yang terjadi belakangan. Salah satu kasus yang dapat dibedah sebagai bagian dari pembelajaran anak adalah bahaya narkoba.

Kasandra mengatakan sejak duduk di bangku sekolah dasar, anak sebaiknya dididik untuk memahami seluk-beluk narkoba dan bahaya yang dapat ditimbulkan.

"Anak tidak dapat sekadar dilarang untuk mendekati narkoba. Orang tua harus dapat menjelaskan secara spesifik akan hal itu."

Sebagai contoh, orangtua sebaiknya menyiapkan jawaban anak dalam menolak ajakan temannya yang menawarkan narkoba. Anak dibimbing untuk melakukan diplomasi yang baik alih-alih melakukan kekerasan sebagai simbol penolakan terhadap barang haram.

Komunikasi

Mengomunikasikan sesuatu hal dengan baik dalam bahasa yang tepat harus dibiasakan dalam keluarga. Melatih anak melakukan negosiasi dalam menghadapi kasus-kasus tertentu juga menjadi alternatif yang baik mengisi masa liburan.

"Ayah dan ibu harus mencontohkan jawaban yang benar apabila ada teman anaknya yang bilang si anak banci kalau tidak mau mencoba narkoba."

Selama liburan orangtua memiliki waktu yang cukup banyak untuk melatih beragam topik. Sebelum liburan tiba ada baiknya orangtua melakukan pembedahan dan menjadwal topik apa yang akan dibahas dengan buah hati tercinta.

Orangtua sebagai salah satu komponen utama yang berandil besar dalam pendidikan informal, harus memahami kapasitasnya. Sebaiknya tanggung jawab sebesar itu jangan didelegasikan kepada pihak luar seperti pembantu rumah tangga.

"Tidak semua pembantu itu jelek, tapi sebaiknya orang tua yang harus memberikan pendidikan informal pada anak."

Psikolog yang terlihat ayu pada usia kepala empat itu mengatakan pendidikan informal sebaiknya tidak hanya diberikan orangtua pada saat liburan.Pada hari biasa, di sela-sela rutinitas dan padatnya pekerjaan kegiatan tersebut harus tetap disempatkan.

Salah satu hal penting yang harus diajarkan orangtua kepada anaknya adalah sikap hidup. Salah satu sikap hidup yang dapat dilungsurkan orang tua kepada anaknya adalah pentingnya anak memanggul tanggung jawab atas setiap perbuatan yang dilakukan.

"Contoh lagi, ajarkan anak untuk mengenal konsep break even point [titik impas]. Jadi, anak jangan sampai keenakan mengandalkan orangtua dan orang lain."

Orangtua dapat memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana bahwa untuk membesarkan anak mereka mengeluarkan biaya cukup besar. Biaya tersebut mulai dari pengeluaran untuk makan, sekolah, dan lain-lain.

Dengan demikian diharapkan timbul kesadaran anak untuk dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri kelak. Di sisi lain, terbuka kesempatan juga bagi anak untuk dapat membalas budi baik dengan membiayai hidup orangtuanya.

Selain itu, masa liburan juga dapat diisi dengan mengajarkan anak tes psikologi. Tujuannya adalah agar anak sedikit demi sedikit mengetahui seluk-beluk diri dan apa yang dimaui di dalam hidup.

"Saya pernah menemui anak yang berpindah jurusan kuliah setiap semester. Dia tidak tahu apa yang dia inginkan apakah sesuai dengan dirinya." (noerma.sari@bisnis.co.id)

Noerma Komalasari
Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar