Jumat, 22 Mei 2009

Reedukasi Teknologi Handphone di Ruang Belajar



Kemajuan teknologi komunikasi telah banyak memberikan manfaatnya bagi kehidupan manusia. Handphone (selanjutnya baca HP) mampu memperpendek jarak yang jauh, sehingga dapat saling berkomunikasi pada saat bersamaan. Ia banyak membantu komunikasi antar invividu dan bahkan antar kelompok dengan berbagai fasilitas layanan yang disediakan jasa telekomunikasi. Bahkan dalam gejolak industri musik nada sambung pribadi yang ditawarkan kepada konsumen telah membuka lahan indsurti baru di bidang dunia musik Independent Music Portal (Portal Musik Independen) yang bisa dibeli lewat pengiriman SMS (Short Message Services). Munculnya portal musik digital yang memberikan keuntungan besar bagi para pencipta lagu dan perusahan musik. Konon, berkat teknologi digital ini perusahaan Musica sampai diuntungkan 9 milyar untuk satu lagu yang dinyanyikan Peterpan.

Penggunaan HP dalam dunia pendidikan merupakan sebuah pertanyaan yang menggerogoti pikiran kita sepertinya handphone hanya berguna untuk menyampaikan Short Message Service (SMS), mendengarkan musik, menonton tayangan audiovisual, dan game. Tak ada manfaat yang berarti sehingga harus dilarang untuk dibawa dan dipergunakan siswa di lingkungan sekolah.

Lalu apakah dengan demikian Handphone harus dilarang dibawa siswa ke sekolah, sementara guru berhandphoneria bahkan di saat proses pembelajaran berlangsung? Tidak adakah jalan lain untuk menjadikan produk teknologi HP sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah kita?

Persoalan semacam ini menjadi wacana yang cukup menarik untuk didiskusikan, ketika di Radar Madura ( 23 november 2006) diberitakan SMA 1 Sampang melarang siswanya membawa handphone ke sekolah, namun tak digubris sehingga melakukan sweeping terhadap siswa di sekolahnya.

Alat komunikasi Hp pada saat ini sudah bukan merupakan barang mewah, dan hampir sebagaian besar siswa SMA memilikinya. Keberadaan alat tersebut dapat dirasakan manfaatnya untuk menjalin komunikasi antar teman bahkan antar siswa dengan guru atau sebaliknya. Di lingkungan masyarakat benda tersebut merupakan bukan barang eksklusif , sesuatu yang biasa. Ketika ada larangan untuk membawa Hp ke sekolah di SMA , menjadi sesuatu yang ganjil, karena usia siswa SMA, merupakan masa kritis yang mampu membawa anak kepada sikap kritis terhadap dirinya dan lingkungannya (juga terhadap produk teknologi), dan masyarakat sudah bisa menerima kehadiran teknologi tersebut. Bahkan di sekolah (SMP Al-Hikmah - Surabaya) salah seorang siswanya menjadikan produk teknologi Hp sebagai subyek penelitian, dimodifikasi menjadi remote untuk mematikan jaringan listrik di rumah. Kreatifitas yang mampu memenangkan sebuah kompetisi ilmiah antar pelajar. Jika demikian sebenarnya Hp merupakan benda di sekitar kita yang bisa dimanipulasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan untuk mensejahterakan umat manusia. Jika dunia persekolahan melarang siswa membawa Hp ke sekolah, sepertinya menjadi suatu yang eksklusif, lebih banyak hal merugikan daripada hal yang menguntungkan.

Larangan seperti ini patut dipertanyakan, karena pada mula Hp diciptakan untuk membantu memperlancar komunikasi antar kita . Tujuan yang bisa menyusutkan jarak dan bahkan dengan teknologi visual, komunikan bisa saling bersitatap pandangan wajah meski berada di benua yang berbeda. Apakah kita akan selalu surut terhadap sesuatu produk karena ada dampak negatif mengiringinya. Tentu tidak! Kita bisa menelusuri penyebab terjadinya dampak dan terus mengembangkan dampak positif dari produk teknologi komunikasi. Bahkan di tengah gencarnya berbagai produk teknologi pada saat ini dunia persekolahan harus menyadari untuk kian mengakrabinya dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi pembelajaran di sekolah sehingga memberikan energi kreatif yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

Larangan akan menumbuhkan perlawanan. Beberapa hal yang kurang atau bahkan tidak diperhatikan dalam etika penggunaan Hp merupakan hal yang paling krusial untuk dijadikan titik fokus penggunaan Hp di sekolah. Pemahaman etika pemanfaatan teknologi HP sehingga mampu memberikan pembelajaran terhadap kegunaan produk teknologi yang diciptakan untuk mensejahterakan manusia.

Kecelakaan paling besar dalam dunia pendikan kita tak dapat saya hapus begitu saja dari ingatan. Adanya kasus SMS guru kepada siswanya yang tengah mengikuti ujian nasional tahun 2006 lalu. Kecerobohan guru dalam memanfaatkan teknologi untuk membantu siswa secara tidak benar. Bahkan dalam peristiwa tersebut guru sempat memukuli siswa hingga babak belur karena sms siswa bersangkutan yang berisi hujatan karena tak kebagian kunci jawaban nyasar pada nomor Hp guru yang bertindak sebagai distributor kunci jawaban unas. Mengenaskan! Tidak adakah cara yang arif dan kreatifitas guru untuk memanipulasi Hp sebagai media pembelajaran di dalam kelas, untuk membuat pembelajaran yang menarik perhatian dan motivasi belajar siswa?

Lahirnya produk teknologi baru, dapat menjadi sumber inspirasi baru bagi sekolah untuk mengenal dan mensosialisasikannya terhadap siswa di sekolah. Mengenalkan produk teknologi, etika penggunaan dan manfaatnya bagi manusia. Celakanya kehadiran Hp yang memberondong ke tengah-tengah kehidupan masyarakat membuat sekolah kelimpungan, karena pada saat yang sama dampak negatif menggandoli dan menyebarkan pengaruhnya bagi kehidupan siswa. Juga kehadiran teknologi informasi dan komunikasi lewat internet merupakan suatu kebutuhan yang tak terelakkan untuk menggali sumber informasi dalam dunia persekolahan kita. Di dalamnya sekolah bisa membangun jaringan dengan sekolah lain. Siswa bisa mengakses informasi sains yang dibutuhkan untuk menambha wawasan keilmuannya. Disamping juga hadirnya beberapa situs pornografi yang tidak layak dikonsumsi anak-anak kita. Namun kita tidak boleh menghindar dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (internet) karena adanya situs porno, tetapi kearifan guru atau orangtua dibutuhkan untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga ketika anak berhadapan dengan internet tidak terpikir untuk membuka situs porno.

Saya tidak habis berpikir dengan dunia persekolahan kita yang terkadang menjauh dari realitas masyarakat. Di satu sisi berambisi untuk menguasai kemajuan teknologi tapi di sisi lain justru menghambat interaksi siswa dengan produk teknologi. Kehadiran Hp merupakan bagian yang tak terelakkan dalam kehidupan siswa, sehingga perlu disikapi secara arif, supaya tidak menimbulkan kesan bahwa sekolah anti dan tidak mampu mengdaptasi kemajuan teknologi. Pengenalan etika berkomunikasi dengan mempergunakan Hp, merupakan hal yang vital untuk dilakukan. Kapan Hp harus Off, dan kapan harus On. Dalam ruang kelas, rapat resmi, atau ketika berada dalam pesawat terbang? Etika semacam ini banyak tidak dikenal siswa, bahkan kadang tanpa rasa bersalah guru menerima telepon atau SMS ketika tengah mengajar di dalam kelas. Jika seperti ini, bagaimana kita bisa memperkenalkan kegunaan teknologi yang benar terhadap siswa, tanpa memberikan contoh dari diri sang guru (diri kita sendiri). Kita kehilangan teladan, tapi bukan larangan, sekolah butuh kebijakan bukan ancaman.

Silakan siswa membawa Handphone ke sekolah, dan sekali waktu sekolah melakukan sweeping terhadap isinya dan memberikan bimbingan, arahan, dan kalo perlu bersama-sama dengan, orangtua siswa untuk membimbingnya jika siswa melakukan (pelanggaran) kesalahan.

Penulis: HIDAYAT RAHARJA, S.Pd.
Guru di SMA NEGERI 1 SUMENEP
, dan freelance dan ilustrator lepas

sumber: pendidikan.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar