Jumat, 22 Mei 2009

Madrasah, Pendidikan Sebelah Mata

Mendengar kata Madrasah, masyarakat biasanya mengarah pada sekelompok siswa yang belajar ditempat yang sangat tradisional dan gurunya pun jauh dari bobot guru Sekolah. Kata kuncinya tradisional dan Islam. Tradisional dalam segala hal dan Islam yang tidak memiliki fasilitas yang dimiliki Sekolah dibawah Departemen Pendidikan. Walaupun sekarang citra tersebut berusaha diubah oleh Departemen Agama, tetapi Madrasah masih selalu menjadi second choice. Siswanya berasal dari siswa yang tidak diterima disekolah negeri, tentunya itu tidak termasuk bagi Madrasah yang jauh lebih maju dari Sekolah di daerah tertentu.

Saya merasa sedih melihat kenyataan ini. Masyarakat (Muslim) masih mengagungkan sistem pendidikan dengan content Pendidikan Agama Islam yang hanya 2 jam pelajaran setiap minggunya. Apakah ini yang menyebabkan banyak Muslim Indonesia sangat berani melakukan kejahatan sosial?. Belajar di Madrasah tidak sekedar agar terampil melakukan ritual keislaman tetapi juga membentuk karakter Islami dalam setiap degup darah generasi muda yang nantinya menjadi manusia indonesia yang mengatur wilayahnya sendiri; kepala keluarga, kepala lingkungan, kepala kantor, bupati, DPR, Presiden atau Pimpinan dalam komunitas khas.

Madrasah mengacu standart isi Departemen Pendidikan Nasional dan content Pendidikan Islam yang jauh lebih mendalam ketimbang sekolah. Mengapa Saudara tidak menjadikan Madarasah sebagai pilihan utama ketika Saudara menanamkan Pendidikan bagi Putra-Putri Saudara. Sains dan tekhnologi juga diajarkan di Madrasah lalu diimbangi dengan Pendidikan Agama Islam, saya yakin ini adalah pilihan yang sangat tepat untuk menciptakan Generasi yang cerdas dan taat mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.

Saya cukup terpana ketika ada Saudara muslim tidak tahu RA, MI, MTs,dan MA, STAIN, IAIN, UIN itu pendidikan apa. Apakah ini produk dari ketidakpedulian orangtuanya dulu yang juga nggak care terhadap Pendidikan Islam yang seharusnya menjadi nafasnya?. Kalau Pendidikan Islam tidak maju di negeri ini, itu juga karena Umat Islam tidak mau memajukannya tetapi lebih silau dengan tipe pendidikan lainnya.

Tulisan ini adalah bentuk keprihatinan. Kalaupun toh namanya bukan Madrasah, alternatifnya, Sekolah sangat terdesak untuk menambah jam pelajaran PAI. Siapa yang mendesak? Dekadensi moral yang semakin menjiwai negeri yang selalu TERSENYUM INI. Maaf.

Penulis: Imam Ghozali
Guru di Samarinda

sumber: pendidikan.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar